Senin, 06 Agustus 2012

Manfaat Hormon Oksitosin

detail berita








Percobaaan Ilmiah yang dilakukan peneliti mengungkapkan, pasangan yang disemprotkan dengan senyawa yang mengandung hormon oksitosin, maka pasangan itu cenderung bersikap lebih positif. Dengan senyawa tersebut, peneliti meyakini manfaat hormon oksitosin yang mampu membantu mempertahankan usia pernikahan.

Dilansir Independent, Senin (6/8/2012), oksitosin diproduksi terutama di daerah hipotalamus otak. Ini telah dipelajari pada wanita karena hormon tersebut dikeluarkan selama persalinan untuk melebarkan leher rahim, meningkatkan kontraksi dan memicu pelepasan susu pada ibu yang menyusui.

Dalam studi terbaru yang diterbitkan jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience, peneliti melihat dampak pada stres dan aktivitas sistem saraf otonom selama terjadinya perselisihan di antara pasangan. Bagian sistem saraf otonom ini mengatur organ-organ tubuh.

Penelitian telah menunjukkan bahwa sistem tersebut menjadi lebih aktif ketika muncul konflik pada pasangan, menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Sejumlah pasangan berusia 20 sampai 50 tahun yang menikah atau telah hidup bersama selama setidaknya satu tahun, ikut berpartisipasi pada studi di Zurich University.

Pasangan memilih topik untuk membahas tentang apa yang membuat mereka terus menerus tidak setuju, dan kemudian diberikan spray oksitosin atau placebo sebanyak lima kali semprotan. Empat puluh lima menit kemudian, setiap pasangan ditinggalkan sendirian di kamar.

Di berbagai waktu selama percobaan, para peneliti mengambil sampel dari air liur untuk memeriksa senyawa yang menunjukkan bagaimana sistem saraf bekerja. Hasil penelitian menunjukkan, wanita yang disemprotkan dengan oksitosin mengalami penurunan aktivitas sistem saraf, sedangkan pria mengalami kenaikan aktivitas sistem saraf.

Para pria menampilkan perilaku positif yang meningkat, sementara wanita menjadi lebih ramah. Peneliti kini ingin melihat lebih jauh manfaat oksitosin pada pasangan yang mengalami pertengkaran dalam rumah tangganya.

"Ada kemungkinan bahwa efek yang dihasilkan hanya perubahan jangka pendek pada bagaimana pasangan berinteraksi satu sama lain. Ini mungkin membantu untuk meredam situasi yang memanas dalam adu argumen. Namun, belum diketahui apakah ini akan membantu mereka untuk menyelesaikan masalah," jelas profesor dari Health Psychology di Nottingham University

Tidak ada komentar:

Posting Komentar